This is the default blog title

This is the default blog subtitle.

4 Kekacauan Internasional yang Disebabkan Arab Saudi

4 Kekacauan Internasional yang Disebabkan Arab Saudi

Arab Saudi seringkali dianggap sebagai model negara panutan yang ideal. Kami tidak sepenuhnya setuju dengan hal tersebut. Saudi memiliki keinginan kuat untuk menjadi pemimpin regional sekaligus pemimpin dari negara-negara muslim, oleh karena itu ambisinya kerap menimbulkan gesekan.

Saudi sering kali berkonflik dan terlibat peperangan dalam mencapai ambisinya. Negara ini juga berperan bagi  distabilitas di timur tengah.

Kami mencatat beberapa kekacauan yang disebabkan oleh Saudi dalam dunia internasional.

Keterlibatan Pada Perang Suriah

Pada tahun 2013 laporan dari NewYork Times menyebutkan bahwa: Saudi melakukan pengiriman senjata dan amunisi dalam jumlah besar kepada berbagai kelompok pemberontak di Suriah. Senjata yang diberikan berasal dari benua Eropa.

Ambisi Saudi di Suriah yaitu untuk mengganti presiden Assad, dengan digantinya presiden Assad maka akan muncul kesempatan untuk memutuskan pengaruh dan hubungan antara Suriah dengan negara-negara Syiah lainnya seperti Iran, Iraq, dan Lebanon. Dengan berkurangnya pengaruh Syiah maka akan mempermudah Saudi untuk memperbesar pengaruhnya di kawasan Timur Tengah.

Invasi Militer di Yemen

Pada tahun 2015 Saudi melakukan invasi militer besar-besaran ke Yemen. Meskipun invasi ini berdasarkan permintaan presiden resmi Yemen, Mansour Hadi,  invasi ini mendapatkan banyak kecaman internasional karena banyaknya pelanggaran HAM dan dampaknya pada krisis kemanusiaan.

Invasi Saudi di Yemen secara jelas menunjukkan peperangan proxy antara Saudi dengan Iran, dimana Iran mengunakan milisi Houthi untuk menyebarkan pengaruhnya di Yemen, sedangkan Saudi menggunakan kekuatan militernya ditambah dukungan 11 negara koalisi gabungannya.

Human Right Watch pada laporannya tentang Yaman mencatat bahwa Dalam operasi militernya Saudi dan milisi houti melakukan berbagai serangan yang berdampak langsung pada warga sipil seperti serangan udara, penggunaan bom kluster,  ranjau darat, penyerangan dan blokade terhadap akses kemanusiaan dan ekonomi, dan juga penghilangan dan penahanan paksa.

Dampak yang ditimbulkan dari operasi militer saudi adalah kelaparan, pengusiran warga sipil, kelaparan, dan menyebarnya wabah kolera. Sedangkan dampak kehancuran fisik terjadi pada berbagai fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, pemukiman penduduk, hingga bangunan bersejarah.

Aljazeera pada maret 2018 mencatat total korban jiwa peperangan Yemen mencapai 10,000 orang. Sedangkan PBB mencatat sekitar 22 juta warga sipil membutuhkan bantuan humanitarian.

Pengunduran Diri Perdana Menteri Lebanon

Pada bulan November tahun 2017, perdana menteri Lebonon menyatakan pengunduran dirinya melalui siaran televisi. Pernyataan ini begitu mengejutkan karena dibuat pada saat kunjungannya di Saudi Arabia. Pihak Lebanon pun meyakini bahwa aksi tersebut merupakan paksaan dari pihak Saudi disaat mereka melakukan penahanan terhadap perdana menteri Hariri di negaranya.

Aksi tersebut mendapatkan kecaman dari Pemerintah Lebanon dan juga Hezbolah. Pihak Lebanon juga menganggap bahwa aksi pengunduran tersebut tidak sah. Pihak Hezbollah Lebanon menuduh bahwa Saudi mendeklarasikan perang terhadap Lebanon.

Ambisi Saudi di Lebanon sangat erat kaitannya dengan kehadiran Hezbolah di Lebanon, Hezbolah merupakan milisi Syiah yang menjadi koalisi kuat pemerintah Lebanon.

Ketegangan berpotensi muncul dari aksi tersebut mengingat pentingnya komposisi Sunni-Syiah dalam politik Lebanon. Dengan perdana menteri Sunni yang dilengserkan maka akan berpontensi menimbulkan kemarahan kelompok Sunni di Lebanon yang mengarah pada konflik sektarian.

Lebih jauh lagi dengan hilangnya perdana menteri dari Sunni tersebut juga memungkinkan terjadinya Sanksi dari Amerika dan negara-negara teluk terhadap Lebanon.

Krisis Diplomasi Qatar

Pada Januari 2017 Saudi secara sepihak melakukan pemutusan hubungan diplomasi dengan Qatar, pemutusan tersebut kemudian diikuti oleh  8 negara lainnya yang melakukan aksi serupa.

Aksi tersebut dilakukan atas keinginan Saudi untuk melakukan tuntutan kepada Qatar seperti: pemutusan hubungan dengan berbagai kelompok teroris; pemutusan hubungan dengan Iran; menutup markas militer Turki di Qatar; hingga tuntutan untuk bergabung dengan aliansi negara-negara Arab secara politik, ekonomi dan militer.

Qatar menolak tuduhan tentang hubungannya dengan kelompok teroris, Qatar juga menolak untuk menyetujui tuntutan lainnya karena dianggap memaksakan kedaulatannya politiknya. Meskipun begitu Qatar tetap ingin melakukan dialog.

Untuk aksi lanjutannya Saudi dan beberapa negara koalisinya kemudian menerapkan kebijakan blokade kepada Qatar berupa pengusiran terhadap warga Qatar, pelarangan kunjungan warga negaranya ke Qatar, penutupan jalur transportasi udara dan darat, dan pelarangan atas akses pelabuhan terhadap kapal berbendera Qatar.

 

 

Sumber:

BBC News, Qatar Crisis: What You Need to Know

United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs, About Yemen

Human Right Watch 2017 Report on Yemen

Al Jazeera, Key Fact in Yemen

NY Times, Saudi Arms Rebels in Syria

Business Insider, Saudi and Iran Pulling Lebanon Apart

 

 

Facebook Comments