This is the default blog title

This is the default blog subtitle.

Antara Pablo Escobar dan Novel Baswedan

Antara Pablo Escobar dan Novel Baswedan

RuangRakyat — Beberapa saat lalu (11/4) Indonesia digemparkan dengan kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan seorang penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang terkenal tegas dan berani. Novel disiram air keras oleh orang tidak dikenal ketika sedang pulang selepas sholat subuh berjamaah di Masjid sekitaran tempat tinggalnya. Ini bukanlah kejadian pertama kali yang dirasakan oleh Novel, sebelumnya ia pernah ditabrak mobil dari belakang ketika sedang mengendarai sepeda motor, bahkan sebelumnya lagi ia pernah “dipolisikan” karena kasus yang sudah lama terjadi dan belum tentu kebenarannya.

Novel Baswedan

Ancaman-ancaman tersebut bukan lagi berbentuk verbal, melainkan sudah sampai ke tahap kekerasan yang mengancam keselamatan jiwa bahkan dapat menyebabkan hilangnya nyawa. Anehnya lagi, Novel mendapat ancaman seperti itu bukan tanpa sebab. Kuat dugaan bahwa ancaman-ancaman tersebut berkaitan dengan kasus yang sedang ditanganinya. Sudah menjadi rahasia umum ketika terjadi penyiraman air keras, Novel sedang menangani kasus korupsi yang sangat besar dan disinyalir merugikan negara hingga 2,9 Triliun (proyek E-KTP), selain itu juga melibatkan para “petinggi” negara. Sama halnya dengan kasus tabrak lari yang ia rasakan, saat itu Novel sedang menangani kasus dugaan suap di Mahkamah Agung. Novel yang berlatar belakang sebagai polisi juga pernah “dipolisikan” karena kasus penganiayaan yang tidak pernah ia lakukan ketika ia berhasil membongkar kasus korupsi simulator SIM (Majalah Tempo, 17-23 April 2017).

Lalu apa kaitannya dengan Pablo Escobar pemimpin kartel Medellin? Escobar adalah seorang raja kokain berasal dari Kolombia, ia sempat menjadi orang terkaya nomor 7 di dunia pada akhir tahun 80 an. Hampir 90% kokain di Amerika, pasokannya berasal dari Escobar dkknya. Escobar terkenal dengan prinsip “Timah atau Perak”. Prinsip ini berupa ancaman yang mengisyaratkan kepada pemerintah, polisi, kejaksaan, hakim, dan pihak berwenang lainnya harus mau menerima suap dan jangan pernah berani mengusut kasus Escobar, jika mereka menolak maka dapat dipastikan akan mendapatkan timah (Re : peluru). Escobar berhasil membuat beberapa pejabat Kolombia pada masa itu tumbuh subur karena perilaku koruptif. Escobar tidak ragu membunuh seorang Mentri Kehakiman Kolombia karena bersebrangan paham dengannya dan tidak mau disogok. Bahkan ia juga membunuh seorang calon presiden yang mengkampanyekan ekstradisi yang sangat jelas ditolak oleh Escobar. Hal yang paling menarik adalah Escobar pernah menawarkan kepada Pemerintah Kolombia untuk membebaskannya dari semua tuntutan dan sebagai imbalannya ia akan membayar hutang yang dimiliki Kolombia. Jika di Indonesia ada koruptor yang minta dibebaskan dari tuntutan dengan imbalan ia membayarkan hutang Indonesia, apakah pemerintah akan setuju?

Jika melihat kasus yang terjadi pada Novel, penyidik KPK yang nampaknya saat ini telah menjadi ikon pemberantasan korupsi. Ia Berdiri sebagai orang yang tidak bisa disogok atau disuap, tak heran ia menerima ancaman seperti itu. Andai Novel mau menerima suap, penulis rasa tidak mungkin ia akan mendapatkan ancaman. Sama halnya dengan prinsip yang digunakan Escobar, jika orang tersebut mau menerima suap, ia akan aman, namun jika ia menolak maka sudah barang tentu nyawanya terancam. Andai Novel menjadi penyidik KPK di Kolombia pada jaman Escobar, sudah pasti Novel akan menjadi target utama Escobar.

Indonesia perlu berbangga mempunyai seorang Novel Baswedan, seorang yang tidak takut untuk memberantas korupsi walaupun berkali-kali mendapatkan ancaman nyata. Semoga ke depannya muncul banyak Novel Baswedan lainnya.

Facebook Comments

About Anta Nasution

Sarjana Perikanan yang sedang mengambil studi Pascasarjana tentang Kemaritiman. Berharap suatu saat nanti bisa menjadi Panglima Tertinggi Komando Armada Nelayan.