This is the default blog title

This is the default blog subtitle.

5 Tahap Seseorang Menjadi Teroris Menurut Moghaddam

5 Tahap Seseorang Menjadi Teroris Menurut Moghaddam

– Bagian-1

Sebagai pemeluk salah satu agama Abrahamik, sudah sering saya mendengarkan tuduhan bahwa adalah wajar untuk melihat teroris-teroris lahir dari tengah-tengan kalangan pemeluk agama-agama Abrahamik, karena agama-agama Abrahamik mempercayai bahwa hanya agama mereka masing-masing lah yang benar.

Anggapan tersebut perlu saya sanggah atas dasar dua hal:

(1) Sejujurnya, meskipun agama-agama lain di luar agama-agama Abrahamik tidak secara eksplisit menyatakan bahwa agama mereka adalah yang paling benar, namun umumnya terdapat juga kepercayaan di antara kalangan pemeluk agama-agama tersebut bahwa agama mereka adalah jalan spiritual paling pas menuju pencerahan berdasarkan pengalaman spiritual pendirinya. Bila tidak ada kepercayaan semacam ini, secara logika tidak akan pernah ada hal yang membuat seseorang menjadi penganut setia suatu agama.

(2) Sejarah membuktikan bahwa kekerasan dan terorisme dapat dan telah dilakukan oleh umat dari berbagai agama. Saya merasa tidak perlu untuk menuliskan daftar kekerasan yang pernah dilakukan umat setiap agama dalam sejarah di sini. Cukup bagi saya untuk mengatakan bahwa tidak ada satupun umat beragama (dan juga kaum tidak beragama) yang dapat mengatakan bahwa sejarah umatnya bebas noda.

Bila keyakinan bahwa agama kita adalah agama yang paling benar bukan merupakan motif melakukan tindak kekerasan, maka apa motif melakukan tindak kekerasan?

Untuk menjawab itu, saya berusaha melihat masa muda saya (SMP) ketika saya sangat dipenuhi perasaan keagamaan dan, sayangnya, juga kebencian yang meluap-luap terhadap pemeluk agama lain. Dalam definisi saya saat ini, saya pada saat itu dapat dikatakan cukup radikal.

Apa yang menyebabkan kebencian saya saat itu yang begitu meluap-luap? Pada saat itu, melalui pergaulan saya dan media-media yang saya baca, saya memiliki keyakinan bahwa umat agama saya selalu menjadi korban intimidasi dan ketidakadilan umat beragama lain dimana-mana. Kemudian timbul rasa dendam pada diri saya.

Pada saat itu saya belumlah paham bahwa meskipun memang ada bagian dari umat-umat beragama lain yang tindakannya tidak baik, namun sisanya adalah manusia persis seperti saya yang juga menginginkan hidup yang damai dan bahagia dengan manusia lainnya. Ini baru saya pahami ketika saya mulai banyak bertemu dan berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda dengan saya.

Selain itu, setelah saya banyak membaca sejarah, saya pun mulai mengetahui bahwa di beberapa tempat dan kesempatan, ada bagian umat beragama saya juga yang melakukan tindakan tidak adil terhadap umat beragama lainnya. Ternyata umat beragama saya pun tidak bebas noda.

Dari pengalaman saya, saya menyimpulkan bahwa seseorang bisa memiliki kebencian dan motif untuk melakukan tindak agresif terhadap kelompok lain, bila ia merasa bahwa ia adalah bagian dari kelompok tertindas (victim) dan tidak mengetahui/tidak bisa melihat bahwa kelompoknya sendiri juga tidak bebas noda dan barangkali malah pernah melakukan hal tidak adil/benar terhadap kelompok lain.

Kesimpulan saya ini kemudian diperdalam ketika kemudian saya mengetahui tentang teori “Staircase to Terrorism” (Tahap-tahap Menjadi Teroris) yang dikemukakan oleh Fathali M. Moghaddam, seorang psikolog senior Amerika yang selama ini meneliti motif orang-orang yang melakukan tindakan terorisme.

Hal yang menarik tentang teori Moghaddam ini adalah bahwa siapapun yang pada awalnya tidak memiliki pemikiran teroris, termasuk Anda, pada akhirnya bisa menjadi seseorang yang berpemikiran teroris, bila orang tersebut berada pada kondisi yang tepat dan menempuh jalan-jalan tertentu yang pada akhirnya akan mengubah dirinya.

Jalan-jalan tersebut diibaratkan oleh Moghaddam bagaikan anak-anak sebuah tangga. Ketika seseorang menaiki satu anak tangga, maka terjadi suatu transformasi pada dirinya yang lebih memudahkan ia untuk melakukan tindakan terorisme. Total ada 5 anak tangga menurut Moghaddam untuk mengubah seseorang menjadi teroris.

Hal menarik lainnya tentang penelitian Moghaddam adalah, berseberangan dengan pendapat umum, para pelaku teroris sebagian besar ternyata tidak memiliki masalah ekonomi dan bukan merupakan orang berpendidikan rendah.

(Bersambung)

 

Ditulis oleh : M. Arief W. adalah seorang arsitek. Minatnya yang lain adalah kosmologi, antropologi, linguistik, arkeologi dan geopolitik. Ia adalah pendiri komunitas budaya Jayatara dan menjelajahi serta mendokumentasikan berbagai tempat budaya dan sejarah di dalam dan luar negeri secara aktif. Karya dan pemikirannya bisa dilihat di www.arief.co.nr.

Facebook Comments

About Redaksi Ruang Rakyat

RuangRakyat memberikan ruang bagi kamu yang ingin menuangkan gagasan ke seluruh rakyat Indonesia.