This is the default blog title

This is the default blog subtitle.

Kebijakan Populis Dalam Pemilu Presiden Prancis

Kebijakan Populis Dalam Pemilu Presiden Prancis

RuangRakyat — Lingkungan strategis dunia terus berubah baik secara cepat. Hal ini sangat dinamis, saling serang antar sesama kebijakan kemudian akhirnya menjadi pendukung merupakan hal yang biasa dalam politik. Masyarakat dunia, khususnya di eropa dan amerika sedang dilanda kekecewaan terhadap kebijakan negaranya yang lebih mementingkan politik internasional dengan dalih ekonomi dan perdamaian.

Tak heran hadirnya kebijakan populis sangat begitu didambakan. Kebijakan populis adalah kebijakan yang berpihak pada rakyat karena bersentuhan langsung dengan rakyat, dengan kata lain kebijakan yang disenangi rakyat. Selain itu kebijakan populis lebih mementingkan isu dalam negeri demi memperkuat stabilitas negara. Tak jarang kebijakan populis menjadi “barang dagangan” yang laris manis untuk mendapatkan hati rakyat saat berkampanye Presiden.

Demonstrasi Para imigran muslim di Amerika Serikat

Seperti Donald Trump di Amerika, yang bisa dikategorikan sebagai penganut populisme. Hal ini dapat dilihat dari program-program yang ditawarkan saat berkampanye tahun lalu. Rata-rata program yang ditawarkan selalu berkenaan dengan masyarakat dan keutuhan Amerika (Make America Great Again) walaupun terkadang populis juga dapat menimbulkan sentimen dari beberapa pihak yang dideskriditkan.

Kita semua tentu tahu bagaimana Trump membenci muslim dan melarang warga negara dari beberapa negara muslim untuk masuk ke Amerika, selain itu wacana akan membangun tembok besar untuk menghalau imigran Meksiko masuk ke Amerika.

Prancis mempunyai kesamaan dalam hal populis. Prancis saat ini sedang mengadakan pemilihan umum, ada 11 calon presiden yang bertarung. Pemilu putaran pertama membawa kemenangan pada Macron dengan 23,75 persen dan Le Pen 21,53 persen (cnnindonesia.com). Hasil ini membawa Marcon yang merupakan the rising star dari sayap tengah (liberalis) dengan Le Pen yang datang dari sayap kanan (nasionalis) ke putaran ke dua pada bulan Mei.

Marcon dapat dinilai dari gerakan pembaharuannya yang ingin mendamaikan antara sayap kanan “kaum nasionalis” dan sayap kiri “sosialis”. Berbeda dengan saingannya, Le Pen yang menawarkan kebijakan sangat populis, ia akan mempertegas mengenai peraturan imigran masuk ke Prancis, juga sangat mencurigai islam sebagai aktor utama teroris. Le Pen mengkampanyekan Frexit mengikuti Inggris yaitu mengharapkan Prancis untuk keluar dari Uni Eropa. Padahal Marcon ingin sekali memperkuat peran Prancis di UE. Le Pen juga sangat benci terhadap ancaman globalisasi yang dapat merugikan Prancis, Calon yang didukung oleh Donald Trump ini sangat berfokus pada keamanan nasional.

Prancis merupakan Negara yang indah, kota mode sekaligus penuh dengan romantika asmara. Negara yang memiliki ibu kota Paris ini dihuni oleh kurang lebih 66 juta penduduk. Negara ini terkenal dengan sekularismenya, pemisahan antara agama dengan kehidupan. Tentu belum lepas ingatan kita tentang kejadian 7 Januari 2015, dimana 12 orang tewas akibat tembakan membabi buta yang dilakukan oleh 3 orang di kantor harian satire Charlie Hebdo. Apalagi Islamophobia masih menghantui sebagian warga Prancis, maka tak heran jika kebijakan mengenai keamanan nasional menjadi “barang dagangan” yang laku untuk kampanye Presiden tahun ini. Tak jarang serangan-serangan yang dilakukan Le Pen terhadap Macron adalah mengenai isu-isu antiterorisme, Macron dinilai lemah dalam mengatasi terorisme.

Pertarungan pada putaran kedua akan semakin ramai, kedua kandidat akan memperebutkan dukungan dari calon-calon Presiden lainnya yang tidak melaju ke putaran dua. Bahkan Hollande sudah menghimbau masyarakat untuk mendukung Macron menggantikan dirinya, karena menurutnya Le Pen berpotensi besar dapat memecah belah masyarakat Prancis ke depannya. Kita hanya bisa menunggu, Apakah Le Pen dengan kebijakan populisnya atau Macron dengan Pro Ue dan perbaikan ekonomi nya?

Facebook Comments

About Anta Nasution

Sarjana Perikanan yang sedang mengambil studi Pascasarjana tentang Kemaritiman. Berharap suatu saat nanti bisa menjadi Panglima Tertinggi Komando Armada Nelayan.