This is the default blog title

This is the default blog subtitle.

Krisis Nuklir Korea Utara: AS Kerahkan Armada Laut

Krisis Nuklir Korea Utara: AS Kerahkan Armada Laut

RuangRakyat — Lagi-lagi Korea Utara lakukan uji coba rudal balistik ke arah laut Jepang walaupun berulang kali dilarang sanksi PBB. Bulan Maret lalu, Korea Utara meluncurkan empat rudal balistik ke arah laut Jepang dari kawasan Tongchang-ri, dekat perbatasan China.

Uji coba terbaru ini (5/4) adalah rangkaian tes yang diklaiam untuk tujuan damai. Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan rudal terbang sejauh sekitar 60 km – dari pelabuhan Sinpo di Timur ke Laut Jepang. Komando Pasifik AS menyebutkan kalau rudal itu kemungkinan adalah rudal balistik jarak menengah KN-15.

Uji coba dilakukan semalam sebelum Presiden China Xi Jinping berkeunjung ke AS bertemu Presiden Donald Trump (6/4) dalam rangka membahas pengendlian program nuklir dan rudal Korea Utara.

Hal ini dirasakan merupakan langkah provokatif Korut yang menjadi ancaman bagi Jepang. Sementara Korea Selatan menganggap sebagai tantangan terang-terangan bagi PBB sekaligus ancaman bagi perdamaian dan keamanan masyarkat internasional dan semenanjung Korea.

 

Cina dan AS Sudah Peringatkan Korut

Pasca uji coba nuklir pada awal Maret, Tiongkok telah meminta Korut menghentikan uji coba nukir. Amerika Serikat dan Korea Selatan juga diminta menghentikan latihan militer gabungan yang selama ini dikecam Korea Utara, ungkap Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi.

Tiongkok pun menjatuhkan sanki pelarangan impor batubara dari Korea Utara sampai akhir 2017, yang sudah dimulai sejak Februari lalu.

Sementara itu, Amerika Serikat telah mulai mengerahkan sistem pertahanan peluru kendali yaitu Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Pangkalan Udara Osan, Korea Selatan merespons kebrutalan uji coba tersebut pada 7 Maret. THAAD tersebut dirancang untuk melindungi AS dari serangan rudal Korea Utara.

Carl Vinson dipandu kapal perang lainnya (Sumber: BBC)

Menurut Wang, kalau AS mau menghentikan operasi militernya, maka langkah perundingan dapat dilakukan dan ketegangan dapat direda.

 

Kemarahan AS

Dalam wawancara dengan Finanancial Times (3/4), Presiden Donald Trump pernah mengungkapkan bahwa AS akan membereskan Korea Utara sendiri jika Tiongkok tidak menggubrisnya. Ungkapan serupa pernah diungkapkan Trump melalui akun witernya (17/3):

North Korea is behaving very badly. They have been “playing” the United States for years. China has done little to help! – @realDonaldTrump

Akhirnya, pada 9/4 militer AS mengerahkan sebuah armada tempur angkatan laut menuju semenanjung Korea. Armada tersebut terdiri dari kapal induk kelas Nimitz, USS Carl Vinson, dua kapal perusak dan sebuah kapal perang. Armada ini juga memiliki kemampuan mencegat rudal balistik.

Armada ini awalnya dijadwalkan untuk berlabuh di Australia, namun dialihkan dari Singapura ke Pasifik Barat yang sebelumnya merupakan lokasi latihan gabungan dengan Angkatan Laut Korea Selatan.

Departemen Keuangan AS baru-baru ini menjatuhkan sanksi terhadap 11 perwakilan bisnis dan sebuah perusahaan Korea Utara. Sementara itu, politisi AS bulat mendukung RUU yang menempatkan kembali Korea Utara sebagai negara sponsor teror.

Korea Utara justru membalas kemarahan tersebut. Korea Utara menganggap AS membawa situasi ke ambang perang. Korea Utara memperingatkan kalau mereka akan membalas jika masyarakat internasional meningkatkan sanksi.

Situasi Tiongkok dan Pyongyang cukup menegang akibat keengganan Pyongyang menghentikan pengujian rudal dan nuklir, padahal Tiongkok adalah sekutu diplomatik Korea Utara.

 

Cina Minta AS dan Sekutunya Menahan Diri

Wakil Presiden AS Mike Pence menjelaskan kapal induk USS Carl Vinson dan rombongan kapal perangnya akan sampai di laut Jepang dan Semenanjung Korea beberapa hari lagi di mana Korea Selatan juga mempertimbangkan mengikuti latihan perang bersama (25/4).

Situasi kian menegang di semenanjung Korea. Presiden Xi Jinping meminta Presiden Amerika Serikat Donald Trump menahan diri terkait dengan isu Korea Utara. Pernyataan ini disampaikan Xi saat berkomunikasi dengan Trump (24/4).

Xi juga mendesak Korea Selatan dan Jepang untuk tidak bertindak apa pun yang memperparah situasi. “Program nuklir Korea Utara bisa dihentikan dengan cepat hanya jika setiap pihak yang berkepentingan juga mau memenuhi kewajibannya,” ungkap Xi.

Di tengah krisis, Cheol-soo, salah satu calon presiden Korea Selatan berjanji mengupayakan six party talks (AS, Korea Selatan, Jepang, China, Korea Utara, Jepang) yang terhenti pada tahun 2008 karena Korea Utara melanggar perundingan dan meluncurkan roket.

Dikhawatirkan krisis kian panas sebab Korut menangkap Tony Kim di Bandara Pyongyang Sabtu (22/4). Kim adalah warga AS ketiga yang ditangkap setelah Otto Warmbier dan Kim Dong Cul.

Krisis ini mendapat perhatian internasional. akankah Trump menahan diri?

(BBC/Kompas)

 

 

 

Facebook Comments

About Renni N. S Gumay

Seorang akademisi yang memiliki minat dalam jurnalistik dan tertarik pada isu politik, keamanan, pertahanan dan kemanusiaan.