This is the default blog title

This is the default blog subtitle.

Langkah Gatot Nurmantyo Menuju Pilpres 2019

Langkah Gatot Nurmantyo Menuju Pilpres 2019

RuangRakyat — Selepas masa baktinya yang berakhir pada 1 april 2018 mantan Panglima TNI,  kini Gatot Nurmantyo sudah secara resmi menyandang gelar Purnawiran dan menjadi warga negara sipil Republik Indonesia yang memiliki hak penuh atas sikap politiknya. Langkah politiknya di kancah pilpres 2019 semakin diperkuat dengan sorotan media massa dan antusias partai calon pendukung yang siap untuk meminangnya maju dalam kontetasi elektoral 2019.

Salah satu yang partai politik siap terbuka adalah Gerindra, dilansir kompas.com (2/4) Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengungkapkan bahwa partainya bersikap terbuka jika Gatot Nurmantyo mengajukan diri sebagai calon wakil presiden yang mendampingi Prabowo Subianto pada Pilpres mendatang.

Mantan Jenderal berbintang empat ini merupakan salah satu sosok yang digadang-gadang sebagai calon presiden alternatif selain Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto. Selain karena merupakan sosok yang lahir dan dibesarkan dari kesatuan TNI, ia juga merupakan sosok yang selama tahun 2017 kerap sandingkan sebagai sosok pro-umat muslim. Geliatnya mencari perhatian dalam sayap kanan bahkan memunculkan suatu panggilan “Jenderal Peci Putih”.

Dalam strategi branding kedekatannya dengan para ulama merupakan langkah jitu dalam menarik simpati masyarakat muslim yang terkooptasi pasca Pilkada DKI 2017. Disisi lain kedekatan Gatot dengan berbagai ulama tidak menjadikan ia lengah terhadap ancaman disintegrasi bangsa yang seringkali disusupi dalam isu agama, dalam beberapa kesempatan ia  juga sering menyampaikan untuk menjauhi ulama yang kerap menyebarkan kebencian di Indonesia.

Sumber : Median

Sosok militer yang dekat dengan wajah Islam ini ditampilkan dan menjadi ciri khas Jenderal yang kerap mengamati ancaman perang proxy di kawasan. Gatot dapat menjadi kuda hitam dalam pertarungan Pilpres 2019. Dalam kacamata penulis hal ini dapat terjadi apabila ia dapat memilih partai politik sebagai kendaraan yang akan mendongkrak elektabilitasnya.

Jika melihat hasil survey yang dilakukan lembaga survey median pada februari lalu, Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo kini dipilih oleh 5,5 persen responden, naik dibandingkan Oktober lalu yang hanya 2,8 persen. Disusul dengan calon alternatif lain yaitu Anies Baswedan dan Agus H. Yudhoyono.

Peningkatan angka elektabilitas ini dapat terus meningkat apabila self branding yang dilakukan tepat susai dengan strategi yang dibangun. Pilihan Gatot kepada koalisi partai pendukung pemerintah atau partai opisisi juga menentukan langkah strategi politik apa yang selanjutnya diambil. Berbeda dengan AHY yang sedang gencar-gencarnya melakukan branding melalui media sosial yang menjabat sebagai komandan Kogasma Partai Demokrat (bahkan sudah mulai menggantikan peran SBY dalam tubuh Demokrat), Gatot Nurmantyo masih belum menentukan afiliasi politiknya ke partai tertentu.

Disisi lain figur Gatot yang cukup kuat pasti menjadi daya tawar yang cukup kuat bagi koalisi manapun. Sepertinya langkah Gatot yang santai dengan mengedepankan strategi wait and see patut diapresiasi dan dikatakan brilian dalam mengambil sikap politik yang matang dan tidak terburu-buru.

 

Referensi :

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/18/04/02/p6ir5h428-pekerjaan-rumah-gatot-nurmantyo-mencari-parpol-yang-tepat

http://www.tribunnews.com/nasional/2018/04/02/gatot-nurmantyo-langsung-terbang-ke-london-setelah-resmi-pensiun

https://nasional.kompas.com/read/2018/04/02/13344641/gerindra-terbuka-jika-gatot-nurmantyo-mengajukan-jadi-cawapres-prabowo

http://medan.tribunnews.com/2017/10/14/heboh-panglima-tni-gatot-nurmantyo-lawan-ulama-dan-ustaz-yang-sebar-kebencian

https://nasional.kompas.com/read/2018/02/22/14463261/survei-median-elektabilitas-jokowi-dan-prabowo-turun-tokoh-lain-naik

Facebook Comments

About Fahmy Yusuf

Sarjana Humaniora Universitas Indonesia, Magister Pertahanan Universitas Pertahanan. Editorial Ruang Rakyat.