This is the default blog title

This is the default blog subtitle.

Membaca Teror Surabaya Dari Kacamata Intelijen

Membaca Teror Surabaya Dari Kacamata Intelijen

RuangRakyat — Serangan teror di Surabaya bukan hal yang kecil dan sederhana. Ini menyangkut operasi senyap semacam clandestine operations dengan perencanaan matang. Pelaku mampu melakukan desepsi dan kompartmentasi sehingga lolos dari radar Densus yang sudah memiliki pemetaan jaringan JAD.

Serangan 4 target teror yg sukses di Surabaya disebutkan terkoneksi dengan kasus Ulah napiter di Mako Brimob yang membunuh 5 polisi. Selain itu ada sel bergerak menuju Mako Brimob dan berhasil membunuh satu anggota intel polisi. Densus berhasil menggagalkan aliran jihadis dari Jabar, Sumut, Sumsel dan lainnya. Beberapa ditembak mati. Beruntung, Polri tidak menyerang Napiter (narapidana teroris) saat itu, bila jatuh korban banyak efeknya besar.

Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol. Rudi Setiawan mengatakan, setelah serangan, dalam penggeledahan lanjutan ditemukan 54 bom pipa aktif di dalam rumah kontrakan Tri Murtiano di Tambak Medokan Ayu VI B, Rungkut, Surabaya, Jawa Timur.

Pria berusia 40 tahun itu tewas bersama istri dan dua anaknya dalam aksi pengeboman Mapolrestabes Surabaya, Senin 14 Mei 2018.

Mereka menyerang empat hari sebelum Ramadhan, dimana kepolisian menyebutkan mereka marah karena Amir JAD Amman Abdurahman kembali ditangkap polisi dan ditahan di Mako Brimob. Konsep tersurat memang seperti itu, tetapi seharusnya kacamata intelijen membaca yang tersirat atau sense.

Ada UUK intelijen yang perlu dijawab, mereka mengendap satu tahun setelah bom Kampung Melayu (24/5/2017) untuk persiapan aksi. Bukan hal sederhana menyiapkan demikian banyak bom, menyiapkan pengantin dan dukungan dana. Sementara di lain sisi, Densus terus memantau setiap gerakan.

Oleh karena itu, apa dibelakang ini hanya kemarahan karena Amirnya (Amman) ditangkap? Rasanya bukan itu, mereka dikendalikan oleh handler dengan principle agent tertentu. Ini bukan serangan sporadis,  tetapi serangan yang terencana dengan matang.

Penulis sementara ini menyimpulkannya sebagai rangkaian operasi intel luar (Proxy war) dengan tujuan menurunkan citra dan kepercayaan publik terhadap Aparat Keamanan. Sasaran akhirnya menurunkan kepercayaan rakyat dan dunia luar terhadap Presiden Jokowi.

Ini sebuah rangkaian PUS (Perang Urat Syaraf), yaitu propaganda plus kegiatan. Tujuannya Indonesia tidak aman. Kita akan lihat bermunculan gerakan-gerakan semacam demo dan lain-lain yang akan menyerang Jokowi.

Kasus Malaysia menjadi studi kasus, dimana PM Najib di Malaysia sebelumnya diserang oleh isu keamanan dengan aksi teror terhadap Boeing 777 Malaysia Airlines sebagai flag carrier, dimana MH370 dilenyapkan dengan aksi teror dan MH17 ditembak diatas Ukraina. Namun, Najib sangat kuat dan akhirnya runtuh kalah oleh Mahatir yang 92 tahun. Kalahnya dikarenakan masalah kasus korupsi 1 MDP.

Nah, disarankan kepada pemerintah, mohon dilakukan riset lebih mendalam, khususnya Kondisi Geopolitik dan Geoekonomi, lebih fokus kepada ancaman terhadap Indonesia. Banyak yang tidak faham operasi intel luar, termasuk para JAD itu. Sangat mungkin mereka bisa dimanipulasi.

Semoga mereka yang terjebak itu tidak melakukan ulah pada bulan Ramadhan tahun ini. Mari kita saling memaafkan dan bergandeng tangan. Salam. PRAY.

Oleh : Marsda Purn. Prayitno Ramelan (Pengamat Intelijen)

Facebook Comments

About Redaksi Ruang Rakyat

RuangRakyat memberikan ruang bagi kamu yang ingin menuangkan gagasan ke seluruh rakyat Indonesia.