
Hoaks Ratna Sarumpaet berimbas pada adanya sentimen negatif masyarakat terhadap pasangan Prabowo-Sandi di pemilu mendatang. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis temuannya terkait hal tersebut.
Data ini disampaikan dalam hasil survei yang dilakukan LSI dalam kurun waktu 10-19 Oktober 2018 dengan menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah responden awal sebanyak 1.200 orang. Selain itu, survei ini pun dilakukan dengan tatap muka menggunakan kuisioner. Margin of error dalam survei ini berkisar kurang lebih 2.8 persen.

Ikrama Menjelaskan Kepada Wartawan Mengenai Hasil Survey (Doc: RuangRakyat)
“Sebesar 75 persen publik menyatakan kekhawatiran mereka. Hanya di bawah 10 persen yaitu 8,7 persen publik yang menyatakanan tidak khawatir. Dari mereka yang khawatir dengan maraknya hoaks, sebesar 74,5 persen menyatakan bahwa mereka ingin hoaks dibersihkan dari media sosial,” kata Peneliti (LSI) Ikrama Masloman, di kantor LSI, Selasa (23/10).
Dari segi elektoral, dengan adanya isu hoaks Ratna Sarumpaet, menyebabkan 17,9 persen publik menjadi lebih tidak mendukung Prabowo. Dengan kata lain terjadi kebocoran suara yang cukup signifikan karena hoaks yang tersebar viral di media sosial.
Angka 17,9 persen tersebut belum terkonversi menjadi angka pendukung. Namun, hanya merupakan persentase adanya sentimen negatif terhadap pasangan Prabowo-Sandi.
Tetapi dengan adanya sentimen negatif tersebut berdampak juga pada adanya kecenderungan pemilih menentukan pilihan kepada Jokowi. Terutama dalam segmen pemilih terpelajar dan segmen pemilih dengan penghasilan menengah ke atas.
“Efek elektoral hoaks Ratna Sarumpaet bukan mengurangi dukungan ke Prabowo, tapi yang belum memutuskan pilihan cenderung ke Jokowi,” kata Ikrama.
Akibat kasus hoaks Ratna Sarumpaet, total pemilih kalangan terpelajar untuk Jokowi-Maruf Menaik, sementara untuk Prabowo-Sandi menurun.
Dari kategori perguruan tinggi, suara Jokowi-Maruf pada September mencapai 40,5 persen dan karena adanya isu ini, suara Pasangan tersebut naik menjadi 44 persen.
“Sedangkan Prabowo pada September 2018 mendapat dukungan 46,8 persen kini turun jadi 37,4 persen,” ujar Ikrama.
Selain itu, akibat kasus hoaks Ratna Sarumpaet, dukungan Jokowi-Maruf di segmen penghasilan menengah ke atas naik signifikan, sementara Prabowo-Sandi menurun signifikan.